Riwayat
syekh abdhussamad al-palembani
by on 12:10 PM, 02-Apr-12
Ini Makam Syekh Abdusshamad Al Palimbani Bin
Syekh Abdul Jalil bin Syekh Abdul Wahhab bin Syekh Ahmad Al-Mahdani di Thailand
Selatan tepatnya di daerah Pattani Beliau Sahabat Datuk kalampayan Syeikh
Muhammad Arsyad Al Banjari dan sesama murid Syekh Samman Al Madani yg dikenal
dengan 4 Serangkai dari Tanah Jawi bersama Syekh Abdul Wahab Bugis ( Menantu
datuk kalampayan suami Syarifah) dan Syekh Abdurrahman Al Masri (kakeknya Habib
utsman Betawe Pengarang Kitab sifat 20) yang hidup antara 1700-1800 M Makam beliau
di tengah hutan karena beliau dulu ikut serta dalam perjuangan melawan kerajaan
Siam Budha Thailand yg ingin merebut tanah Melayu Pattani yg sekarang menjadi
bagian negara Thailand As-Sheikh Abdul Samad Al-Palembangi mati syahid ketika
berjuang bersama tentera Melayu Kedah melawan Tentara Kerajaan Siam Budha
Thailand. Beliau pengarang Kitab Hidayatussalikin (Bahasa Arab Melayu) dan
kitab Siarus Salikin yang banyak diajarkan saat majlis2 pengajian di Kalimantan
Selatan Manakib Belliau: Bila berbicara perjuangan atau penyebaran Islam di
Nusantara, salah satu nama yang akan disebut dan dibahas yakni Syekh Abdul
Samad.
Seperti para ulama di masanya, Syekh Abdul Samad ini
banyak melakukan pengembaraan dalam menuntut ilmu. Baik di Nusantara maupun di
negeri yang jauh, seperti Arab. Mencari Ilmu Guru pertama Syekh Abdul Samad
yakni bapaknya sendiri, Syekh Abdul Jalil. Selanjutnya dia disekolahkan ke
pondok pesantren di negeri Patani (Thailand). Pada masa itu Patani adalah salah
satu tempat menempa ilmu-ilmu ke-Islaman dengan sistem pondok. Mungkin saja
Syekh Abdul Samad bersama saudara-saudaranya seperti Wan Abdullah dan Wan Abdul
Qadir telah memasuki pondok-pondok yang terkenal saat itu, seperti Pondok
Bendang Gucil di Kerisik, Pondok Kuala Bekah atau Pondok Semala. Di antara para
gurunya di Patani, yang dapat diketahui dengan jelas hanyalah Syekh Abdur
Rahman bin Abdul Mubin Pauh Bok. Beliau juga mempelajari ilmu sufi daripada
Syekh Muhammad bin Samman, selain mendalami kitab-kitab tasawuf dari Syekh
Abdul Rauf Singkel dan Samsuddin Al-Sumaterani, kedua-duanya dari Aceh. Dari
Patani, Syekh Abdul Samad belajar ke Mekah dan Madinah.
Di sini dia banyak
bergaul dengan para ulama asal Nusantara lainnya seperti Muhammad Arsyad
Al-Banjari, Abdul Wahhab Bugis, Abdul Rahman Al- Batawi, dan Daud Al-Fatani.
Walaupun menetap di Mekah, Syekh Abdul Samad, menurut Azyumardi, tetap
memberikan perhatian besar pada perkembangan sosial, politik, dan keagamaan di
Nusantara. Gurunya di Mekah antara lai Muhammad bin Abdul Karim Al-Sammani,
Muhammad bin Sulayman Al-Kurdi, dan Abdul Al-Mun'im Al- Damanhuri. Kemudian dia
berguru dengan Ibrahim Al-Rais, Muhammad Murad, Muhammad Al-Jawhari, dan
Athaullah Al- Mashri. Ulama Kritis Meskipun mendalami tasawuf, Syekh Abdul
Samad dikenal kritis. Dia mengkritik kalangan yang mempraktikkan tarekat secara
berlebihan. Beliau selalu mengingatkan akan bahaya kesesatan yang diakibatkan
oleh aliran-aliran tarekat tersebut, khususnya tarekat Wujudiyah Mulhid yang
terbukti telah membawa banyak kesesatan di Aceh. Untuk mencegah apa yang
diperingatkannya itu, Syeikh Al-Palembani menulis semula intipati dua kitab
karangan ulama dan ahli falsafah abad pertengahan, yakni Imam Al- Ghazali yakni
kitab 'Lubab Ihya' Ulumud Diin' (Intisari Ihya' Ulumud Diin), dan 'Bidayah
Al-Hidayah' (Awal Bagi Suatu Hidayah). Dua karya Imam Al-Ghazali ini dapat
membantu membimbing mereka yang mempraktikkan aliran sufi. Berkaitan dengan
ajaran tasawufnya, Syekh Al-Palembani mengambil jalan tengah antara doktrin
tasawuf Imam Al-Ghazali dan ajaran 'wahdatul wujud' Ibnu Arabi; bahwa manusia
sempurna (insan kamil) adalah manusia yang memandang hakikat Yang Maha Esa itu
dalam fenomena alam yang serba aneka dengan tingkat makrifat tertinggi,
sehingga mampu 'melihat' Allah SWT sebagai 'penguasa' mutlak. Di Palembang, di
masa Kesultanan Palembang, Syekh Abdul Samad sangat membenci Belanda. Apalagi
Belanda memegang pengaruh besar di lingkungan Islam dan pemerintahan Palembang.
Dia pun memutuskan meninggalkan Palembang.
Guna melakukan perjalanan, dia
bersama murid-muridnya menebang kayu di hutan untuk membuat perahu atau kapal
kecil. Dia pergi ke Makkah. Walaupun sebenarnya beliau bukanlah seorang tukang
yang pandai membuat perahu, namun beliau sanggup mereka bentuk perahu itu
sendiri untuk membawanya ke Mekah. Tentunya ada beberapa orang muridnya
mempunyai pengetahuan membuat perahu seperti itu. Ini membuktikan Sheikh Abdus
Shamadal- Falimbani telah menunjukkan keteguhan pegangan, tawakal adalah
merupakan catatan sejarah yang tidak dapat dilupakan. Membela Patani Setelah kembali
ke Makkah, Syekh Abdul Samad al-Falimbani tetap ingin pulang ke Nusantara. Dia
telah lama bercita-cita untuk ikut serta dalam salah satu peperangan melawan
para penjajah di Nusantara. Namun setelah dipertimbangkan, dia lebih tertarik
membantu umat Islam di Pattani dan Kedah melawan keganasan Siam. Dalam
peperangan itu, dia memegang peranan penting dengan beberapa panglima Melayu
lainnya. Ada catatan menarik mengatakan beliau bukan berfungsi sebagai panglima
sebenarnya tetapi beliau bertindak sebagai seorang ulama sufi yang sentiasa
berwirid, bertasbih, bertahmid, bertakbir dan bersalawat setiap siang dan
malam. Misteri Kematiannya Sulit sekali menemukan tahun pasti wafatnya Syeikh
Abdul Samad. Menurut Dr M Chatib Quzwain dalam bukunya "Mengenal Allah
Suatu Studi Mengenal Ajaran Tasauf Sheikh Abdus Shamad al-Palimbani" pada
tahun 1244 hijriyah atau 1828 masehi dikatakan umur Syekh Abdul Samad 124
tahun. Sementara Dr Azyumardi Azra menulis, "Meskipun saya tidak dapat
menentukan secara pasti angka-angka tahun di seputar kehidupannya, semua sumber
bersatu kata bahwa rentang masa hidup Al-Palimbani adalah dari dasawarsa
pertama hingga akhir abad kedelapan belas. Al-Baythar menyatakan, Al-Palimbani
meninggal setelah 1200 hijriyah atau 1785 Masehi. Tetapi kemungkinan besar dia
meninggal setelah 1203 Hijriyah atau 1789 Masehi, setelah dia menulis karya
terkenalnya 'Sayr Al-Salikin'. Saat itu usianya berkisar 85 tahun. Berdasarkan
sumber di Jedah, dia dikatakan terbunuh dalam perang melawan Thailand pada 1244
Hijriyah atau 1828 Masehi. Lalu di mana Syekh Abdul Samad dimakamkan? Dr M
Chatib Quzwain menyebut bahwa makam Syekh Abdul Samad di Palembang, tapi di
Palembang belum didapatkan informasi di mana makamnya di Palembang. Sedangkan
Dr Azyumardi Azra menulis, "Ada kesan kuat dia meninggal di Arabia".
Tetapi, yang jelas, seperti ditulis penyair Malaysia yakni Muhammad Abdulloh
bin Suradi dalam artikelnya "Syekh Abdul Samad Al-Falimbani, Ulama, Sufi
dan Syuhada" masyarakat di Patani mengklaim telah menemukan makam Syeikh
Abdul Samad di antara kampung Sekom dengan Cenak, di kawasan Tiba, Patani
Utara, Thailand. Daftar Karya Syekh Abdul Samad al- Falembani: 1. Zahratul
Murid fi Bayani Kalimatit Tauhid, 1178 H/1764 M. 2. Risalah Pada Menyatakan
Sebab Yang Diharamkan Bagi Nikah, 1179 H/1765 M. 3. Hidayatus Salikin fi Suluki
MaslakilMuttaqin, 1192 H/1778 M. 4. Siyarus Salikin ila ‘Ibadati Rabbil
'Alamin, 1194 H/1780 M-1203 H/1788 M. 5. Al-'Urwatul Wutsqa wa Silsiltu Waliyil
Atqa. 6. Ratib Sheikh 'Abdus Shamad al-Falimbani. 7. Nashihatul Muslimina wa
Tazkiratul Mu’minina fi Fadhailil Jihadi wa Karaamatil Mujtahidina fi
Sabilillah. 8. Ar-Risalatu fi Kaifiyatir Ratib Lailatil Jum’ah 9. Mulhiqun fi
Bayani Fawaidin Nafi'ah fi Jihadi fi Sabilillah 10. Zatul Muttaqin fi Tauhidi Rabbil
'Alamin 11. 'Ilmut Tasawuf 12. Mulkhishut Tuhbatil Mafdhah minar Rahmatil
Mahdah 'Alaihis Shalatu was Salam 13. Kitab Mi'raj, 1201 H/1786 M. 14. Anisul
Muttaqin 15. Puisi Kemenangan Kedah.( fy) sumber:kisah para datu dan ulama Kalimantan
ไม่มีความคิดเห็น:
แสดงความคิดเห็น