Asal Usul Bahasa Melayu
Apabila kita
ingin mengetahui asal usul suatu bahasa, kita perlu mengetahui asal bangsa yang
menjadi penutur utama bahasa tersebut. Kerana bahasa itu dilahirkan oleh suatu
masyarakat penggunanya dan pengguna bahasa itu membawa bahasanya ke mana pun ia
pergi. Demikian juga dengan bahasa Melayu. Apabila kita ingin mengetahui
asal usul bahasa Melayu, maka kita perlu menyusuri asal usul bangsa Melayu.
Berasal dari
Asia Tengah
R.H. Geldern
ialah seorang ahli prasejarah dan menjadi guru besar di Iranian Institute and
School for Asiatic Studies telah membuat kajian tentang asal usul bangsa
Melayu. Sarjana yang berasal dari Wien, Austria ini telah membuat kajian
terhadap kapak tua (beliung batu). Beliau menemukan kapak yang dibuat dari batu itu di sekitar hulu
Sungai Brahmaputra, Irrawaddy, Salween, Yangtze, dan Hwang. Bentuk dan jenis
kapak yang sama, beliau temui juga di beberapa tempat di kawasan Nusantara.
Geldern berkesimpulan, tentulah kapak tua tersebut dibawa oleh orang Asia
Tengah ke Kepulauan Melayu ini.
J.H.C. Kern
ialah seorang ahli filologi Belanda yang pakar dalam bahasa Sanskrit dan berbagai bahasa Austronesia yang
lain telah membuat kajian berdasarkan beberapa perkataan yang digunakan
sehari-hari, terutama nama
tumbuh-tumbuhan, hewan, dan
nama perahu. Beliau mendapati bahwa perkataan yang terdapat di Kepulauan
Nusantara ini terdapat juga di Madagaskar, Filipina, Taiwan, dan beberapa buah
pulau di Lautan Pasifik. Perkataan tersebut antara lain: padi, buluh, rotan,
nyiur, pisang, pandan, dan ubi. Berdasarkan serangkaian perkataan yang dikajinya itu Kern berkesimpulan
bahwa bahasa Melayu ini berasal daripada satu induk yang ada di Asia.
W. Marsden
pula dalam kajiannya mendapati bahwa bahasa Melayu dan bahasa Polinesia (bahasa
yang digunakan di beberapa buah pulau yang terdapat di Lautan Pasifik)
merupakan bahasa yang serumpun. E. Aymonier dan A. Cabaton pula mendapati bahwa
bahasa Campa serumpun dengan bahasa Polinesia, manakala Hamy berpendapat
bahwa bahasa Melayu dan bahasa Campa merupakan warisan daripada bahasa Melayu
Kontinental. Di samping keserumpunan bahasa, W. Humboldt dalam kajiannya
mendapati bahawa bahasa Melayu (terutama bahasa Jawa) telah banyak menyerap
bahasa Sanskrit yang berasal dari India.
J.R. Foster
yang membuat kajiannya berdasarkan pembentukan kata,berpendapat bahwa terdapat kesamaan pembentukan kata
dalam bahasa Melayu dan bahasa Polinesia. Beliau berpendapat bahwa kedua
bahasa ini berasal dari bahasa yang lebih tua yang dinamainya Melayu Polinesia
Purba. Seorang ahli filologi bernama A.H. Keane pula berkesimpulan bahwa
struktur bahasa Melayu serupa dengan bahasa yang terdapat di Kampuchea.
J.R. Logan
yang membuat kajiannya berdasarkan adat resam suku bangsa mendapati bahwa ada
persamaan adat resam kaum Melayu dengan adat resam suku Naga di Assam (di
daerah Burma/Myanmar dan Tibet).
Persamaan adat resam ini berkaitan dengan
bahasa yang mereka gunakan. Beliau mengambil kesimpulan bahwa bahasa Melayu
tentulah berasal dari Asia. G.K. Nieman dan R.M. Clark yang juga membuat kajian
mereka berdasarkan adat resam dan bahasa mendapati bahwa daratan Asia merupakan
tanah asal nenek moyang bangsa Melayu.
Dua orang
sarjana Melayu, yaitu
Slamet Muljana dan Asmah Haji Omar juga menyokong pendapat di atas.
Slamet Muljana yang membuat penyelidikannya berdasarkan perbandingan
bahasa, sampai pada suatu kesimpulan bahwa bahasa Austronesia yang di dalamnya
termasuk bahasa Melayu, berasal dari Asia. Asmah Haji Omar membuat uraian yang
lebih terperinci lagi. Beliau berpendapat bahwa perpindahan orang Melayu dari
daratan Asia ke Nusantara ini tidaklah sekaligus dan juga tidak melalui satujalan. Ada yang melalui
daratan, yaitu Tanah Semenanjung,
melalui Lautan Hindi dan ada pula yang melalui Lautan China. Namun, beliau
menolak pendapat yang mengatakan bahwa pada mulanya asal bahasa mereka satu dan
perbedaan yang berlaku kemudian
adalah kerana faktor geografi dan komunikasi. Dengan demikian, anggapan bahwa
bahasa Melayu Moden merupakan perkembangan daripada bahasa Melayu Klasik,
bahasa Melayu Klasik berasal dari bahasa Melayu Kuno dan bahasa Melayu Kuno itu
asalnya dari bahasa Melayu Purba merupakan anggapan yang keliru.
Hubungan bahasa Melayu Moden dengan bahasa Melayu Purba
Skema di
atas memperlihatkan bahwa bahasa Melayu Moden berasal dari bahasa Melayu Klasik
dan bahasa Melayu Klasik berasal dari bahasa Melayu Induk. Bahasa Melayu Induk
berasal dari bahasa Melayu Purba yang juga merupakan asal daripada bahasa
Melayu Kuno. Skema ini juga memperlihatkan bahwa bahasa Melayu Moden
bukanlah merupakan pengembangan dari dialek Johor-Riau dan bahasa Melayu Moden
tidak begitu rapat hubungannya dengan dialek yang lain (Da, Db, dan Dn). Dialek
yang lain berasal daripada Melayu Induk manakala dialek Johor-Riau berasal
daripada Melayu Klasik.
Berikut ini
akan diperlihatkan cara perpindahan orang Melayu dari Asia Tengah tersebut.
(a) Orang Negrito
(a) Orang Negrito
Menurut
pendapat Asmah Haji Omar sebelum perpindahan penduduk dari Asia berlaku,
Kepulauan Melayu (Nusantara) ini telah ada penghuninya yang kemudian dinamai
sebagai penduduk asli. Ada ahli sejarah yang mengatakan bahwa mereka yang
tinggal di Semenanjung Tanah Melayu ini dikenali sebagai orang Negrito. Orang
Negrito ini diperkirakan telah ada sejak tahun 8000 SM (Sebelum Masihi). Mereka
tinggal di dalam gua dan mata pencarian mereka memburu binatang. Alat perburuan
mereka dibuat dari batu dan zaman ini disebut sebagai Zaman Batu Pertengahan.
Di Kedah sebagai contoh, pada tahun 5000 SM, yaitu pada Zaman Paleolit dan Mesolit, telah didiami oleh
orang Austronesia yang menurunkan orang Negrito, Sakai, Semai, dan sebagainya.
(b) Melayu-Proto
Berdasarkan
pendapat yang mengatakan bahwa orang Melayu ini berasal dari Asia Tengah,
perpindahan tersebut (yang pertama) diperkirakan pada tahun 2500 SM. Mereka ini
kemudian dinamai sebagai Melayu-Proto. Peradaban orang Melayu-Proto ini lebih
maju sedikit daripada orang Negrito. Orang Melayu-Proto telah pandai membuat
alat bercocok tanam, membuat barang pecah belah, dan alat perhiasan.
Kehidupan mereka berpindah-randah. Zaman mereka ini dinamai Zaman Neolitik atau
Zaman Batu Baru.
(c) Melayu-Deutro
Perpindahan
penduduk yang kedua dari Asia yang dikatakan dari daerah Yunan diperkirakan
berlaku pada tahun 1500 SM. Mereka dinamai Melayu-Deutro dan telah mempunyai
peradaban yang lebih maju daripada Melayu-Proto. Melayu-Deutro telah mengenal
kebudayaan logam. Mereka telah menggunakan alat perburuan dan pertanian dari
besi. Zaman mereka ini dinamai Zaman Logam. Mereka hidup di tepi pantai dan
menyebar hampir di seluruh Kepulauan Melayu ini.
Kedatangan
orang Melayu-Deutro ini dengan sendirinya telah mengakibatkan perpindahan orang
Melayu-Proto ke pedalaman sesuai dengan cara hidup mereka yang
berpindah-randah. Berlainan dengan Melayu-Proto, Melayu-Deutro ini hidup secara
berkelompok dan tinggal menetap di sesuatu tempat. Mereka yang tinggal di tepi
pantai hidup sebagai nelayan dan sebagian lagi mendirikan kampung yang berdekatan dengan sungai
dan lembah yang subur. Hidup mereka sebagai petani dan berburu binatang. Orang
Melayu-Deutro ini telah pandai bermasyarakat. Mereka biasanya memilih seorang
ketua yang tugasnya sebagai ketua pemerintahan dan sekaligus ketua agama. Agama
yang mereka yakiniketika itu ialah animisme.
Berasal dari Nusantara
Seorang
sarjana Inggeris bernama J. Crawfurd telah membuat kajian perbandingan bahasa
yang ada di Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan kawasan Polinesia. Beliau
berpendapat bahwa asal bahasa yang tersebar di Nusantara ini berasal dari
bahasa di Pulau Jawa (bahasa Jawa) dan bahasa yang berasal dari Pulau Sumatera
(bahasa Melayu). Bahasa Jawa dan bahasa Melayulah yang merupakan induk bagi
bahasa serumpun yang terdapat di Nusantara ini.
J. Crawfurd
menambahkan pendapatnya dengan
bukti bahwa bangsa Melayu dan bangsa Jawa telah memiliki taraf kebudayaan yang
tinggi dalam abad kesembilan belas. Taraf ini hanya dapat dicapai setelah
mengalami perkembangan budaya beberapa abad lamanya. Beliau sampai pada satu
kesimpulan bahawa:
1. Orang Melayu itu tidak berasal dari mana-mana, tetapi
malah merupakan induk yang menyebar ke tempat lain.
2. Bahasa Jawa ialah bahasa tertua dan bahasa induk daripada
bahasa yang lain.
K. Himly,
yang mendasarkan kajiannya terhadap perbandingan bunyi dan bentuk kata bahasa
Campa dan berbagai bahasa di Asia Tenggara
menyangkal pendapat yang mengatakan bahwa bahasa Melayu Polinesia serumpun
dengan bahasa Campa. Pendapat ini disokong oleh P.W. Schmidt yang membuat
kajiannya berdasarkan struktur ayat dan perbendaharaan kata bahasa Campa dan
Mon-Khmer. Beliau mendapati bahawa bahasa Melayu yang terdapat dalam kedua-dua
bahasa di atas merupakan bahasa ambilan saja.
Sutan Takdir
Alisjahbana, ketika menyampaikan Syarahan Umum di Universiti Sains Malaysia
(Julai 1987) menggelar bangsa yang berkulit coklat yang hidup di Asia Tenggara, yiaitu Thailand Selatan,
Malaysia, Singapura, Indonesia, Brunei, dan Filipina Selatan sebagai bangsa
Melayu yang berasal dari rumpun bangsa yang satu. Mereka bukan saja mempunyai
persamaan kulit bahkan persamaan bentuk dan anggota badan yang berbeda daripada bangsa Cina di
sebelah timur dan bangsa India di sebelah barat.
Gorys Keraf
di dalam bukunya Linguistik bandingan historis (1984) mengemukakan teori
Leksikostatistik dan teori Migrasi bagi mengkaji asal usul bangsa dan bahasa
Melayu. Setelah mengemukakan pendapatnyatentang
kelemahan pendapat terdahulu seperti: Reinhold Foster (1776), William Marsden
(1843), John Crawfurd (1848), J.R. Logan (1848), A.H. Keane (1880), H.K. Kern
(1889), Slamet Muljana (1964), dan Dyen (1965) beliau mengambil kesimpulan
bahawa "...negeri asal (tanah air, homeland) nenek moyang bangsa
Austronesia haruslah daerah Indonesia dan Filipina (termasuk daerah-daerah yang
sekarang merupakan laut dan selat), yang dulunya merupakan kesatuan
geografis".
Pendapat
lain yang tidak mengakui bahwa orang Melayu ini berasal dari daratan Asia
mengatakan bahawa pada Zaman Kuarter atau Kala Wurn bermula dengan Zaman Air Besar sekitar dua juta
sehingga lima ratus ribu tahun yang lalu. Zaman ini berakhir dengan mencairnya
ais secara perlahan-lahan dan air laut menggenangi dataran rendah. Dataran
tinggi menjadi pulau. Ada pulau yang besar dan ada pulau yang kecil. Pemisahan
di antara satu daratan dengan daratan yang lain berlaku juga kerana berlakunya
letusan gunung berapi atau gempa bumi. Pada masa inilah Semenanjung Tanah
Melayu berpisah dengan yang lain sehingga kemudian dikenali sebagai Pulau
Sumatera, Pulau Jawa, Pulau Kalimantan, dan pulau lain di Indonesia.
Proto
homonoid yang dianggap sebagai pra-manusia diperkirakansudah ada
sejak satu juta tahun yang lalu dan ia berkembang secara evolusi. Namun,
manusia yang sesungguhnya baru bermula sejak 44,000 tahun yang lalu dan manusia
moden (Homo sapiens) muncul sekitar 11,000 tahun yang lalu.
Pada masa
pra-manusia dan manusia yang
sesungguhnya di Asia Tenggara, Asia Timur, dan Australia telah ada manusia. Hal
ini dibuktikan dengan ditemuinya Homo soloinensis dan Homo wajakensis (Manusia
Jawa = "Java Man") yang diperkirakan berusia satu juta
tahun. Pada masa ini wilayah tersebut didiami oleh tiga kelompok Homo
sapiens, iaitu orang Negrito di sekitar Irian dan Melanesia, orang Kaukasus di
Indonesia Timur, Sulawesi, dan Filipina, serta orang Mongoloid di sebelah utara
dan barat laut Asia.
Masing-masing
bangsa ini terpisah dengan berlakunya
pemisahan daratan. Mereka berpindah dengan secara perlahan. Orang Kaukasus ada yang berpindah ke
sebelah barat dan ada pula yang ke sebelah timur. Yang berpindah ke arah timur
seperti ke Maluku, Flores, dan Sumba bercampur dengan orang Negrito. Yang
berpindah ke arah barat mendiami Kalimantan, Aceh, Tapanuli, Nias, Riau, dan
Lampung. Yang berpindah ke arah utara menjadi bangsa Khmer, Campa, Jarai,
Palaung, dan Wa.
Hukum Bunyi
yang diperkenalkan oleh H.N. van der Tuuk dan diperluas oleh J.L.A. Brandes
yang menghasilkan Hukum R-G-H dan Hukum R-D-L dikatakan oleh C.A. Mees bahawa
"Segala bahasa Austronesia itu, walaupun berbeda kerana berbagai
pengaruh dan sebab yang telah disebutkan,
memperlihatkan titik kesamaan yang banyak sekali, baik pada kata-kata yang
sama, seperti mata, lima, talinga, dan sebagainya, maupun pada sistem imbuhan,
dan susunan tatabahasanya. Perbedaan yang
besar seperti dalam bahasa Indo-Eropa, misalnya: antara bahasa Perancis dan
Jerman, antara Sanskrit dan Inggris, tidak ada pada bahasa-bahasa Austronesia.
Apalagi Kata Dasar (terutama bahasa Melayu) tidak berubah dalam morfologi"
juga menunjukkan bahawa bahasa yang terdapat di Asia Selatan dan Tenggara berbeda dengan bahasa yang terdapat
di Asia Tengah.
Kesimpulan
Pendapat
Geldern tentang kapak tua masih boleh diperdebatkan. Budaya kapak tua yang
dibuat dari batu sebenarnya bukan hanya terdapat di Asia Tengah dan Nusantara.
Budaya yang sama akan ditemui pada semua masyarakat primitif yang ada di Amerika dan juga
di Eropa pada zaman tersebut.
Lagi pula,
secara kebetulan Geldern membuat kajiannya bermula dari Asia kemudian ke
Nusantara. Kesimpulan beliau mungkin akan lain jikakajiannya itu
bermula dari Nusantara, kemudian ke Asia Tengah.
Kajian Kern
berdasarkan bukti Etnolinguistik memperlihatkan bahwa persamaan perkataan
tersebut hanya terdapat di alam Nusantara dengan pengertian yang lebih luas dan
perkataan tersebut tidak pula ditemui di daratan Asia Tengah. Ini menunjukkan
bahwa penutur bahasa ini tentulah berpusat di tepi pantai yang strategis yang membuat mereka
mudah membawa bahasa tersebut ke barat, yaitu Madagaskar dan ke timur hingga ke Pulau Easter di
Lautan Pasifik.
Secara
khusus, penyebaran bahasa Melayu itu dapat dilihat di sepanjang pantai timur
Pulau Sumatera, di sepanjang pantai barat Semenanjung Tanah Melayu; di Pulau
Jawa terdapat dialek Jakarta (Melayu-Betawi), bahasa Melayu Kampung di Bali,
bahasa Melayu di Kalimantan Barat, bahasa Melayu Banjar di Kalimantan Barat dan
Selatan, Sabah, Sarawak, dan bahasa Melayu di Pulau Seram.
Pendapat
Marsden bahwa bahasa Melayu yang termasuk rumpun bahasa Nusantara serumpun
dengan rumpun bahasa Mikronesia, Melanesia, dan Polinesia dengan induknya
bahasa Austronesia secara tidak langsung memperlihatkan adanya kekerabatan dua
bahasa tersebut yang tidak ditemui di Asia Tengah. Penyebaran bahasa
Austronesia juga terlihat hanyasebagian pesisir
pantai timur (Lautan Pasifik), pantai barat (Lautan Hindi), dan Selatan Asia
(kawasan Nusantara) saja dan ia tidak masuk ke wilayah Asia Tengah.
Kesamaan
pembentukan kata di antara bahasa Melayu dengan bahasa Polinesia yang
dinyatakan oleh J.R. Foster dan kesamaan struktur bahasa Melayu dengan struktur
bahasa Kampuchea juga memperlihatkan bahwa bahasa yang berada di Asia Selatan
dan Asia Timur berbeda dengan
bahasa yang berada di Asia Tengah. Jika kita lihat rajah kekeluargaan bahasa
akan lebih nyata lagi bahwa bahasa di Asia Tengah berasal dari keluarga
Sino-Tibet yang melahirkan bahasa Cina, Siam, Tibet, Miao, Yiu, dan Burma.
Berdekatan dengannya agak ke selatan sedikit ialah keluarga Dravida, yaitu: Telugu, Tamil,
Malayalam, dan lain-lain. Kedua keluarga bahasa ini berbeda dengan bahasa di bagian Timur, Tenggara, dan Selatan
Asia, yaitu keluarga Austronesia yang
menurunkan empat kelompok besar, yaitu
Nusantara, Melanesia, Mikronesia, dan Polinesia.
Jika
ditinjau dari sudut ilmu kaji purba, penemuan tengkorak yang terdapat di
Nusantara ini memberi petunjuk bahwa manusia telah lama ada di sini. Penemuan
tersebut di antara lain ialah:
1. Pithecanthropus Mojokerto
(Jawa), yang kini berusia kira-kira 670,000 tahun
2.
Pithecanthropus Trinil (Jawa), kira-kira 600,000 tahun.
3. Manusia Wajak (Jawa),
kira-kira 210,000 tahun.
Jika tiga
fosil tersebut dibandingkan dengan fosil Manusia Peking atau Sinanthropus
Pekinensis (China) yang hanya berusia kira-kira 550,000 tahun terlihat bahwa
manusia purba lebih selesai hidup
dan beranak-pinak berdekatan dengan Khatulistiwa. Hal ini diperkuat lagi dengan
penemuan fosil tengkorak manusia yang terdapat di Afrika yang dinamai
Zinjanthropus yang berusia 1,750,000 tahun. Beberapa pendapat ini
menambah kukuh kesimpulan Gorys Keraf di atas yang menyatakan bahwa nenek
moyang bangsa Melayu ini tentulah sudah ada di Kepulauan Melayu yang
menggunakan bahasa keluarga Nusantara.
Masih
ada persoalan yang belum
terjawab, yaitu jika betul bangsa
Melayu sebenarnya berasal dari Alam Melayu
ini, sebelum itu dari manakah asal mereka? Pendapat orang Minangkabau di
Sumatera Barat bahwa keturunan mereka ada hubungannya dengan pengikut Nabi Nuh, yaitu bangsa Ark yang mendarat
di muara Sungai Jambi dan Palembang semasa berlakunya banjir besar seperti yang
diungkapkan oleh W. Marsden (1812) masih boleh diperdebatkan.
Yang kemungkinan dapat ditelusuri ialah
dari silsilah Nabi Nuh dari tiga
anaknya, yaitu Ham, Yafit, dan Sam.
Dikatakan bahwa Ham berpindah ke Afrika yang keturunannya kemudian disebut
Negro berkulit hitam, Yafit berpindah ke Eropa yang kemudian dikenali sebagai
bangsa kulit putih, dan Sam tinggal di Asia menurunkan bangsa kulit kuning
langsat. Putera Sam ialah Nabi Hud yang tinggal di negeri Ahqaf yang terletak
di antara Yaman dan Oman. Mungkinkah keturunan Nabi Hud yang tinggal di tepi
laut, yang sudah jadi pelaut, menyebar ke Pulau Madagaskar di Lautan Hindi
hingga ke Hawaii di Lautan Pasifik lebih mempunyai kemungkinan menurunkan
bangsa Melayu? Satu kajian baru perlu dilakukan.
http://massahar-tiga.blogspot.com/2011/05/asal-usul-bahasa-melayu-sebuah-kajian.html
ไม่มีความคิดเห็น:
แสดงความคิดเห็น